Kamis, 20 November 2014

Prinsip-prinsip Etika Pergaulan Remaja

Bahan bimbingan klasikal untuk kelas XI MIA 2
1.     Hak dan kewajiban
Hak kita memang layak untuk kita tuntut, tapi juga jangan sampai meninggalkan kewajiban kita sebagai makhluk sosial.
2. Tertib dan disiplin
Selalu tertib dan disiplin dalam melakukan setiap aktivitas. Disiplin waktu biar nggak keteteran.
3. Kesopanan
Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua dan juga guru dimanapaun dan kapanpun.
4. Kesederhanaan
Bersikaplah sederhana.
5. Kejujuran
Jujur akan membawa kita ke dalam kebenaran. Bersikap jujurlah walau itu pahit.
6. Keadilan
Senantiasa bersikap adil dalam bergaul. Tidak membeda-bedakan teman.
7. Cinta Kasih
Saling mencintai dan menyayangi teman kita agar terhindar dari permusuhan.
8. Suasana & tempat pergaulan kita.

Silahkan diberi komentar dan jangan lupa memberi nama, kelas dan komentar yang diberikan.

Selasa, 18 November 2014

Prilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman

Bahan Bimbingan Siswa kelas X MIA 2 dan 3 serta X IBB
Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja.

Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok.

Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.

Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.

Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri.

Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.

Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif.

Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.

Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.

Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja.

Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja.

Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan.

Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.

Mari berkomentar ria setelah membaca bahan bimbingan klasikal diatas, jangan lupa tulis nama dan kelasnya. Tetap semangat dan selalu sukses... 

Kamis, 13 November 2014

Prinsip Dasar Pergaulan yang Sehat

Menurut Abdul Halim (dalam Mulyaningtyas dan hadiyanto, 2007) pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua kutub yang ekstrem, yaitu terlalu sensitive (menutup diri) atau terlalu bebas. Konsep pergaulan semestinya lebih di tekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan.
Ada beberapa prinsip dasar pergaulan yang sehat yang perlu di perhatikan agar pergaulan, dapat berjalan sebagai mana yang di harapkan, prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Saling menyadari bahwa semua orang saling membutuhkan
Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap manusia pasti akan membutuhkan manusia lain. Keadaan ini harus kita sadari betul, supaya kita tidak menjadi manusia paling egois dan merasa paling benar. Anda pastinya tahu kenapa manusia di ciptakan berbeda-beda? Supaya manusia bisa saling mengenal, saling membantu dan saling menutupi kekurangan masing-masing dengan kelebihan yang kita punya. Contohnya saja orang miskin butuh orang kaya, atasan butuh bawahan, bawahan butuh atasan, petani butuh penjual cangkul, penjual cangkul butuh, pandai besi, wanita butuh laki-laki, pelajar butuh seorang guru, presiden butuh rakyat, penulis butuh penerbit, penerbit juga butuh penulis, dan masih banyak yang lain. Tapi intinya kita saling membutuhkan, jika ha ini sudah melekat dalam jiwa kita, maka kita akan ebih mudah dalam bergaul dengan orang lain secara sehat.
2.      Hubungan memberikan nilai positif bagi kedua belah pihak
Hubungan yang baik adalah hubungan yang saling menguntungkan. Saya yakin anda tidak suka di rugikan demikian sebaliknya orang lain juga tidak suka kita rugikan. Dari itulah salah satu dasar pergaulan sehat yang lain adalah simbiosis mutualisme. Jangan sampai kita berpikir untuk merugikan orang lain, berpikir saja kita tidak di berbolehkan apalagi kita melakukannya. Ketika seseorang hidup dengan penuh rasa respek dan saling menguntungkan maka hubungan yang harmonis akan lebih mudah terjalin antara.
3.      Saling menghormati dan menghargai
Satu kata yang selalu saya ingat jika kita ingin di harga dan di hormati orang lain, maka kita harus lebih dulu bisa menghargai dan menghormati orang lain. Mengahargai dan menghormati orang lain ini bisa di lakukan dengan banyak hal seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan menghormati cara beribadah orang lain, menghargai dan menghormati adat istiadat orang lain, menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan sebagainya. Hal ini penting di lakukan untuk membangn sebuah hubungan yang positif dengan orang lain.
4.      Tidak berprasangka buruk
Agama menapun jelas melarang seseorang untuk berprasangka buruk kepada orang lain. Karena prasangka buruk hanya akan mendatangkan masalah dan permusuhan antara kita dengan orang lain. Hal ini tentunya harus kita hindari, jika kita ingin membangu sebuah hubungan yang sehat denngan orang lain.
5.      Saling memahami perbedaan
Manusia di lahirkan dengan berbagai macam perbedaan, baik itu dari segi fisik, psikologis, ras, suku, budaya dan lain-lain. Setiap manusia itu memiliki keunikan tersendiri, karena hal inilah kita harus memahami perbedaan tersebut. Apa yang kita rasa cocok untuk diri kita belum tentu cocok untuk orang lain, apa yang kita pikir benar belum tentu juga benar menurut orang lain, apa yang kita rasa baik buat diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Sadarilah hal ini dengan baik, supaya kita bisa menjalin hubungan yang lebih sehat dan kondusif.
6.      Saling memberikan nasihat
Orang bijak berkata teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak ke jalan yang baik dan mencegah ke jalan yang tidak baik. Ini juga salah satu prinsip pergaulan yang sehat. Dengan saling memberikan nasehat, kita secara tidak langsung, menjalin hubungan yang lebih sehat bukan hanya untuk dunia saja, tapi juga untuk akhirat kelak. Untuk itu janganlah bosan untuk memberikan nasehat kepada orang lain, apalagi mereka adalah teman anda.
Mari diberi komentar dibawah postingan ini. Tulis nama, kelas dan isi komentar yang diberikan. Secepatnya ya...Selamat bertugas dan sukses slalu...


Rabu, 22 Oktober 2014

Pacaran Sehat, Gimana Tuh?

Akhir-akhir ini ada istilah yang beredar dikalangan remaja yakni pacaran yang sehat. Sebenarnya pacaran yang sehat itu yang bagaimana sih? Apa benar ada pacaran yang sehat.
Silahkan Anda beri komentar di kolom komentar dibawah post ini dan jangan lupa tulis nama, kelas, nomor absen dan komentar yang Anda kemukakan. Paling lambat hingga hari Selasa (28 Oktober 2014).Selamat belajar dan smoga sukses!

Sabtu, 09 November 2013

HAUL SESEPUH DESA TAMBAKSUMUR 2013

Bunga Kamboja di areal makam mbah Zaenal Abidin Tambaksumur menjadi saksi acara ziarah makam sesepuh desa Tambaksumur Waru Sidoarjo. Acara Haul ini juga diisi dengan kegiatan khotmil quran, khitanan massal, pawai TPQ, tahlil Akbar dan pengajian KH Mas Subadar dari Pasuruan.
 

Senin, 28 Januari 2013

Drs. Amiruddin, M.Pd.I, Andalan Cabang Sidoarjo: Upgrade Skill Pembina Pramuka

Drs. Amiruddin, M.Pd.I


Kegiatan pramuka yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah ke anak didiknya seolah hanya berlatih tepuk tangan, menyanyi dan tali temali. Anggapan yang demikian ini kerap mengakibatkan penolakan orang tua siswa bila anaknya minta ijin mengikuti kegiatan kepramukaan.
Dengan berbagai macam dalih, orang tua seringkali melarang anaknya untuk ikut aktif  berlatih pramuka karena mengikuti kegiatan pramuka tiada guna manfaatnya. Secara fakta, ada sebagian Pembina pramuka yang hanya sekedar mengajarkan ke adik-adik bimbingannya menyanyi, tepuk tangan dan tali temali. Materi kegiatan yang monoton dan tidak mengikuti perkembangan jaman atau tidak up to date inilah yang menjadikan kegiatan pramuka perlahan-lahan mulai ditinggal peminatnya.
Banyak faktor yang melatarbelakangi tapi ada satu hal yang patut dicermati dan diberi perhatian khusus yakni kemampuan Pembina yang langsung berhadapan dengan siswa atau adik-adiknya. Selama ini, pramuka yang aktif berlatih hingga tingkat penggalang atau penegak, seringkali menjadi Pembina bagi adik-adiknya di tingkat siaga.
Materi yang diberikan ke adik-adik siaga adalah materi yang selama ini mereka terima dari pembinanya bukan dari pelatihan atau kursus mahir. Karena merasa diri mampu untuk menularkan pengetahuannya maka mereka berani memberikan pembinaan pramuka di tingkat siaga.
Keadaan ini ditunjang oleh ketidakpedulian Kamabigus atau Kepala Sekolah yang bersangkutan terhadap keberadaan kegiatan pramuka di sekolah yang dipimpinnya. Dan yang terjadi, pembina pramuka ini diangkat tidak dari kalangan pramuka yang sudah terdidik melainkan asal comot. Guru yang jam mengajarnya kurang, seringkali ditunjuk sebagai Pembina pramuka.
Kalaupun dari kalangan pramuka tetapi kalau tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus mahir maka kemampuan kepramukaannya tidak akan berkembang. Apalagi menjelang kurikulum 2013 nanti yang rencananya pramuka masuk menjadi mapel ataupun ekstrakurikuler yang wajib, tidak semua sekolah akan menjadi gugus depan (gudep).
Mengingat kedepannya, pramuka ini akan diadakan akreditasi dan sertifikasi. Akreditasi ini berhubungan dengan pangkalan dimana pramuka ini ada yakni sekolah sebagai gugus depan. Serta adanya sertifikasi Pembina, penguasaan ketrampilan kepramukaan saja belum bisa diakui sebagai Pembina yang professional kalau belum mendapat pengakuan secara formal dari pengurus kwarnas.
Akreditasi gudep dan sertifikasi Pembina inipun menggunakan bantuan teknologi canggih atau berbasis IT. Sehingga diharapkan, sebagai seorang Pembina pramuka bukan sekedar menguasai ketrampilan kepramukaan saja melainkan juga menguasai IT. Seorang Pembina pramuka bukan hanya mengajarkan tepuk tangan, menyanyi ataupun tali temali tetapi juga bisa menghadirkan suatu pembinaan pramuka yang baru. Bisa menggunakan power point ketika memberikan pembinaan ke adik-adiknya.
Gairah untuk selalu memperbaiki metode pembinaan pramuka juga harus selalu dilakukan Pembina. Diantaranya dengan melalui forum musyawarah pembina yang disebut karang pamitran dan forum musyawarah pelatih yang bernama pitaran pelatih. Juga yang tak kalah pentingnya yakni dengan melakukan regenerasi pembina dan pelatih.
Kesemua upaya ini diharapkan akan bisa meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan pramuka dan lebih efektif serta berdayaguna. YUS    

Minggu, 27 Januari 2013

DR. Suparti, Ketua UPBJJ Universitas Terbuka Jember: Master Teacher Konsisten dan Bertujuan Mulia

DR. Suparti

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan menerapkan kurikulum baru pada Juni 2013 nanti. Persiapannya, Kemendikbud melatih 350 ribu master teacher selama 6 bulan. Selama 6 bulan ini dipakai untuk pelatihan-pelatihan dengan menciptakan master teacher. Tentu saja master teacher ini dipilih beberapa orang berkualifikasi memadai untuk dijadikan masternya itu.
Kurikulum 2013 ini nanti salah satunya mencakup rencana menerapkan konsep master teachers (semacam Guru Master atau bisa juga Guru Utama). Master teachers inilah yang akan menjadi ujung tombak Kemdikbud dalam melatih guru-guru agar siap menjalankan kurikulum baru tersebut. Guru-guru berprestasi dan memiliki skill atau kemampuan mengajar yang baik akan dilatih terlebih dahulu untuk kemudian menyampaikan ilmu yang didapat kepada guru yang lain.
Mengapa ada master teacher? Kurikulum baru ini menggunakan scientific approach, mengutamakan kemampuan bertanya dan nalar menjadi proses penting, obyek pengamatannya adalah fenomena alam dan fenomena sosial. Nilai yang ditanamkan dalam kurikulum ini adalah nilai jujur, disiplin, bersih, kecintaan terhadap lingkungan, dan nilai ke-Indonesiaan.
Jika konsep tersebut benar diterapkan, untuk melatih guru nantinya tidak lagi bergantung pada kalangan perguruan tinggi. Tetapi, guru akan dilatih oleh guru-guru sendiri yang disebut master teacher. Master teacher, adalah guru yang dianggap memiliki kelebihan di atas rata-rata guru lainnya, antara lain dalam bentuk wawasan, pengetahuan, prestasi dan lain-lain.
Master teacher nanti diambilkan dari guru, kepala sekolah, atau pengawas yang memiliki prestasi akademik dan pembelajaran yang bagus. Contohnya para guru teladan atau mereka yang pernah mendapatkan penghargaan nasional atau internasional. Sehingga, semua guru terbaik di Indonesia berkesempatan untuk ikut seleksi.
Alangkah baiknya, sosialisasi tentang master teacher ini harus sampai ke sekolah dan guru yang ada dipelosok negeri sekalipun. Master teacher tetap harus didisain dengan benar. Karena dengan adanya master teacher, terbuka peluang bagi guru, kepala sekolah, pengawas untuk berkompetensi dan dapat mengimplementasikan langsung kompetensinya. Dengan demikian, gelar dan penghargaan guru teladan, guru ideal, atau pun guru berprestasi tidak berhenti sebatas penghargaan di atas kertas. Ataupun sebatas seremonial saja tanpa ada tindak lanjutnya.
Pemanfaatan kompetensi ini akan sangat bermanfaat bagi guru-guru yang ada di daerah masing-masing dengan adanya master teacher.
Apalagi, pada kenyataannya masih banyak guru teladan atau guru berprestasi yang belum dapat berkiprah langsung karena kendala birokrasi di daerahnya sendiri. Dengan harapan, seleksi master teachers tentunya benar-benar memperhatikan kompetensi dan prestasi  yang pernah diraih calon peserta, sehingga tujuan utama dan mulia dibentuknya master teacher dapat tercapai.
Adanya master teacher dengan melibatkan guru yang kompeten akan sangat mendukung sistem peningkatan mutu pendidikan. Syaratnya, kesempatan seleksi dibuka seluas-luasnya bagi setiap guru untuk bisa mengikutinya.
Seleksi juga benar-benar dilaksanakan secara obyektif, bukan karena faktor “kedekatan” tertentu atau ‘ada permainan’. Syarat lainnya, harus memperhatikan portofolio prestasi calon peserta seleksi. Keberadaan master teacher ini juga bakal menjadikan kualitas pelatihan guru akan lebih baik.  
Tujuan Mulia
Setidaknya, master teacher bukan orang lain bahkan orang asing yang baru saja dikenal oleh guru-guru peserta pelatihan. Ada kedekatan secara psikologis antara master teacher dengan guru-guru yang dilatihnya. Guru peserta pelatihan akan lebih leluasa dan enjoy bertanya atau sharing dengan master teacher yang sesama guru.
Suka duka pengalaman mengajar di kelas, menghadapi anak dengan berbagai karakter akan dengan mudah terkomunikasikan dengan baik manakala master teachernya berprofesi sama. Dengan kata lain, kemampuan intelektual master teacher tidaklah cukup untuk menjadi pembimbing teman seprofesinya. Ketrampilan berkomunikasi juga harus menjadi pertimbangan yang matang saat perekrutan master teacher.
Ada tiga hal yang penting dalam pelatihan guru ini adalah materi pelatihan, target guru yang dilatih, dan metode pelatihan yang digunakan. Semua materi harus tepat sasaran dan berdayaguna. Dan sebisa mungkin program ini berkelanjutan bukan sekedar pelengkap kurikulum baru tapi lebih diperhatikan peningkatan kualiatas diri dan profesi bagi yang  menjalaninya. Salah satu tujuan konsep master teacher ini adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri guru, dan memotivasi guru  untuk berprestasi.
Sehingga guru-guru yang akan dipilih untuk mengikuti pelatihan menjadi master teacher tidak hanya berasal dari kota besar, tetapi juga dari tingkat kabupaten. Adanya control yang ketat dari Kemendiknas tentang hasil dari pelatihan ini. Yang nantinya, hasil pelatihan bisa dijadikan jaminan untuk membangun pendidikan yang lebih baik dan tentu saja untuk tujuan mulia.YUS